Arthur Gideon
Analis memprediksikan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan/BI Rate di 7,5%.
Liputan6.com, Jakarta Pemilu Legislatif 2014 sudah selesai dan hasil penghitungan suara sementara juga sudah keluar. Hasilnya memang tidak ada partai yang memperoleh suara 25 persen, yang artinya semua partai harus melakukan koalisi untuk mengajukan calon presiden dalam pemilihan presiden Juli mendatang.Pasar keuangan dan masyarakat belum lupa bagaimana pemerintah koaliasi berjalan dalam 5 tahun terakhir yang penuh gejolak politik. Hampir semua partai memang berkoalisi mendukung pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, namun yang terjadi justru saling `menjatuhkan` pemerintah melalui parlemen.Masih jelas dalam ingatan publik bagaimana tidak kompaknya koalisi ketika pemerintah memutuskan kenaikan BBM. Pemerintah mengusulkan kenaikan BBM tapi oleh sekutunya di DPR justru pemerintah mendapat tentangan.Boleh dibilang ada anggota koalisi yang bukan anak manis. Berkoalisi hanya untuk mendapat kursi menteri atau hitung-hitungan politik saja. Parlemen selalu ribut padahal yang nyata-nyata mendukung pemerintah sebagai koalisi jumlahnya lebih banyak ketimbang yang jadi oposisi.Maka itu ketika Joko Widodo alias Jokowi yang merupakan Gubernur DKI Jakarta digadang PDIP menjadi Capres, pasar langsung merespons positif. Berharap tidak ada lagi politik `dagang sapi` karena ada mayoritas partai yang jadi pemenang pemilu.Tapi nyatanya efek Jokowi tidak sedahsyat yang diperkirakan pelaku pasar. PDIP hanya memperoleh 19 persen suara dalam penghitungan sementara hasil pemilu legislatif. Mau tak mau semua partai terpaksa melakukan koalisi.Sontak begitu pasar tahu hasil penghitungan sementara hasil pemilu legislatif ada kekecewaan temporer yang dialami pasar finansial Indonesia.Setelah pasar dibuka lagi karena sebelumnya libur pemilu legislatif, pada Kamis dan Jumat ini (10-11 April 2014) pasar masih terlihat kecewa. Dua hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika terjatuh. Satrio Utomo, Kepala riset Universal Broker Indonesia menjelaskan mau tidak mau situasi politik saat ini berpengaruh kepada IHSG. Situasi pasar saham di indonesia menurutnya sedikit berbeda dengan negara lainnya. Saat ini saham-saham yang mempunyai kapitalisasi pasar besar (big cap) dikuasai oleh investor asing. "Dan pergerakan investor asing sangat terpengaruh kepada situasi politik," jelasnya ketika dihubungi liputan6.com, Jumat (11/4/2014). Menurut pria yang akrab dipanggil Tomi ini, investor asing sangat menggadang-gadangkan Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden karena dianggap mampu menjalankan pemerintahan dengan baik. Terlihat, pada saat Joko Widodo mendeklarasikan diri sebagai calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) pada 14 Maret 2014 lalu, IHSG langsung melonjak sebesar 3,23%. Enam hari setelahnya, indeks terus berada di zona hijau. Hingga 19 Maret 2014, IHSG berada di level 4.821.Keperkasaan Jokowi mempengaruhi indeks terus berlanjut sampai hari pencoblosan di luar negeri dilaksanakan. Indeks tetap berada di zona hijau karena sebagian besar hasil hitung cepat memperlihatkan PDIP memperoleh suara terbanyak.Tetapi ternyata, hasil pemilihan legislatif tidak sesuai dengan harapan investor asing. Berdasarkan hasil hitung cepat Lingkaran Survei Indonesia (LSI), perolehan suara PDIP tercatat 19,6% suara, diikuti oleh Partai Golkar sebesar 14,6% suara dan Gerindra sebesar 11,9% suara. Hasil hitung cepat itu menandakan PDIP tidak bisa mengusung Joko Widodo sendirian alias harus melakukan koalisi. Investor asing pun kemudian bereaksi keras dengan melakukan aksi jual. "Terlihat kemarin posisi jual sampai sebesar Rp 1,5 triliun dan kemungkinan berlanjut di hari ini," kata Tomi."Sedangkan investor lokal tidak mampu menahan aksi jual investor asing tersebut karena penguasaan investor lokal hanya di saham-saham lapis kedua dan lapis ketiga saja," lanjutnya. Menurut Tomi, keadaan seperti ini juga pernah terjadi pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid. Investor asing banyak berharap Gus Dur, panggilan Abdurrahman Wahid, bisa mengawal perbaikan ekonomi sehingga indeks terus mengalami penguatan. Penurunan indeks ini menurut Tomi tidak akan berlangsung lama. Setelah prosesi pemilihan umum selesai, indeks diperkirakan bakal menguat lagi secara berlahan. Hal tersebut terjadi karena secara fundamental, perusahaan-perusahaan yang melantai di bursa mempunyai kinerja yang baik. Selain itu, sejak Desember 2013, kinerja Necara Pembayaran Indonesia (NPI) selalu menunjukkan angka surplus. Analis Trus Securities, Reza Priyambada menambahkan saat-saat seperti ini justru sebaiknya dimanfaatkan oleh investor lokal untuk melakukan aksi beli. "Karena pengaruh politik itu tak terlalu dalam jadi pasti nanti naik lagi," tuturnya. Rupiah Ikut MelemahSedangkan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika, Direktur Currency Management Group Farial Anwar menjelaskan rupiah saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor dari dalam negeri yaitu hasil pemilihan legislatif. Selama ini, menurut Farial, pergerahan nilai tukar lebih banyak dipengaruhi oleh isu-isu luar negeri seperti quantitative easing dan tapering. "Tapi saya tidak melihat hal itu saat ini, jadi memang faktor utamanya dari dalam negeri," kata Farial. Pelaku pasar merasa kecewa terhadap hasil pemilihan legislatif karena PDIP tidak bisa meraih suara yang tinggi. Pelaku pasar tidak merasa semangat lagi sehingga lebih banyak melakukan aksi jual. Selama ini memang Joko Widodo menjadi satu-satunya harapan bagi pelaku pasar untuk membenahi perekonomian di Indonesia. "Karena kecewa itu penurunannya bisa tembus Rp 200 sampai Rp 400," jelas Farial. Kekecewaan pelaku pasar ini setelah melihat ternyata jokowi tidak independen. Ia selalu mengikuti Megawati kemana pun yang diartikan bahwa kemungkinan besar kebijakan-kebijakan Joko Widodo nantinya juga akan dipengaruhi oleh banyak pihak. Farial memastikan pelemahan nilai tukar rupiah ini tidak akan berlangsung lama. "Saat ini pelaku pasar sedang mencari-cari sosok yang bisa mengimbangi Jokowi," jelasnya. Setelah sosok tersebut ditemukan, bisa dipastikan nilai tukar rupiah akan kembali menguat. (Igw)
Original Post by: http://ift.tt/1hojLey
from GTRENDnews - wordnews V2 http://ift.tt/1hojLey

0 comments:
Post a Comment